"Gunung Merapi masih terus menerus menyemburkan awan panas sehingga masih dalam status awas," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Surono, di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, Gunung Merapi hingga kini masih menyemburkan awan panas. Sedangkan aktivitas kegempaan sejak Jumat (5/11) pukul 00.00 WIB hingga Sabtu (6/11) pukul 00.00 WIB nihil, baik gempa vulkanik, multiphase dan low frekuensi. Absennya jenis-jenis gempa tersebut digantikan munculnya gempa tremor dan gempa guguran yang berlangsung secara berkesinambungan.
Dari pengamatan visual, petugas di semua pos pengamatan Gunung Merapi melaporkan sejak Jumat (5/11) pukul 19.00 WIB hingga Sabtu (6/11) pukul 00.00 Gunung Merapi tertutup kabut. Mereka hanya mampu mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi. Suara tersebut terdengar jelas dari jarak lebih dari 20 km.
Aktivitas Gunung Merapi masih berintensitas tinggi. Untuk itu status masih tetap dipertahankan pada level IV atau Awas Merapi dan Awas Lahar. Wilayah aman bagi pengungsi Merapi masih berada di luar radius 20 km dari puncak Gunung Merapi. Gunung Merapi hingga pagi ini, Sabtu (6/11), masih terus erupsi dengan menyemburkan awan panas dan abu vulkanik. Hasil pantauan Pos pemantau aktifitas Gunung Merapi, meski relatif sudah menurun dari erupsi besar pada Jum'at dini hari kemarin, hingga kini sejumlah erupsi masih terjadi.
Hujan abu vulkanik pun masih terus terjadi dan menyelimuti sejumlah wilayah di Jawa Tengah, dan DIY Yogyakarta, bahkan dilaporkan abu vulkanik Merapi sudah mencapai Bandung, dan Sukabumi di Jawa Barat. Abu vulkanik yang mengandung silika dan dan senyawa kimia dapat membahayakan kesehatan.
Abu vulkanik dapat mengakibatkan iritasi kulit, mata (konjugtivitis), sesak napas, hingga kanker paru-paru. Inilah ancaman lain dari Gunung Merapi terhadap warga. Salah satu cara praktis untuk mengurangi efek abu vulkanik bagi kesehatan adalah dengan menggunakan masker. Masker pun harus secara rutin diganti saat akan keluar rumah.
Evakuasi korban akibat letusan Gunung Merapi terus dilakukan. Tim SAR akan menyisir sekitar kawasan tepi Kali Gendol, yang berjarak sekitar 16 kilometer dari puncak gunung teraktif di Indonesia, mengingat masih ada warga yang nekat bertahan di rumah.
"Evakuasi warga sebenarnya sudah dilakukan sejak Kamis (4/11) sore, namun masih ada warga yang tetap bertahan didalam rumah karena merasa berada di zona aman,sedangkan warga di tiga desa lain yang masuk kawasan rawan bencana, yakni Umbulharjo, Kepuhrejo, dan Glagahrejo sudah terlebih dahulu diungsikan," kata Kepala Seksi Pelayanan Umum Kecamatan Cangkringan Hermanto, Sabtu (6/11).
Selain itu, lanjut Hermanto, tim juga akan mengidentifikasi korban tewas yang telah dievakuasi. "Kami akan melakukan identifikasi melalui cincin kawin atau dari properti lainnya yang masih melekat di badan para korban meninggal dunia akibat letusan awan panas Gunung Merapi," katanya.
Seperti diketahui, korban meninggal dunia dan luka bakar awan panas vulkanik gunung yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada Jumat (5/11) dini hari mayoritas berasal dari Dusun Bronggang, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan.
Jumlah korban meninggal dunia yang hingga kini masih berada di Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta tercatat 73 orang, sedangkan yang mengalami luka bakar berat mencapai 78 orang. Korban meninggal dunia hingga kini masih diidentifikasi Tim "Disaster Victim Identification"
No comments:
Post a Comment