Sobat kali ini saya sedang berada dilokasi rawan bencana, masih sekitar lereng merapi yang tepatnya diDesa Ngancar Kelurahan Glagaharjo Cangkringan Sleman. Mulai dari pagi tadi sobat saya dan tim menyisir melakukan evakuasi korban. Saya melihat betapa banyaknya berbagai tumbuhan disini mati, pepohonan yang kering, hewan ternah yang terpanggang dan tersapu awan panas.
Membicarakan tentang Hewan Ternak yang akan diganti rugi, kabar terbarunya adalah sebagai berikut : Ganti rugi ternak masyarakat lereng Merapi dalam radius 20 kilometer yang mati akibat awan panas diprioritaskan pada sapi dan kerbau. Sedangkan hewan-hewan ternak lainnya, seperti kambing dan ayam maupun ganti rugi lahan salak yang rusak baru akan dibahas pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi mendatang.
“Saat ini kami prioritas pada hewan-hewan ternak yang besar dulu,” kata Menteri Pertanian Suswono usai bertemu Gubernur DIY di Kepatihan, Senin (8/11).
Upaya yang dilakukan adalah memberi ganti rugi terhadap sapi dan kerbau yang mati, maupun membeli sapi atau kerbau yang masih hidup. Salah satu syaratnya, hewan-hewan ternak tersebut berada di radius 20 kilometer atau masuk kawasan rawan bencana.
Untuk sapi perah yang masih berproduksi dihargai Rp 10 juta per ekor, sapi bunting Rp 9 juta per ekor, sapi dara Rp 7 juta per ekor, dan anak sapi (pedhet) Rp 5 juta per ekor. Sedangkan untuk sapi potong dihitung berdasarkan bobot hidup. Yakni Rp 22.000 per kilogram untuk sapi yang masih produktif dan Rp 20.000 per kilogram untuk sapi yang tidak produktif dan tidak bunting.
“Pemerintah siap memberi ganti. Jadi jangan coba-coba pulang hanya untuk memberi makan ternak,” kata Suwono. Sebab, kondisi saat ini masih bahaya. Sedangkan ganti rugi untuk lahan salak bisa dilakukan kelak dengan memberikan bibit atau benih.
Secara terpisah, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menambahkan, bahwa proses pembelian hewan ternak tersebut dilakukan dengan sukarela. “Kalau warga tidak mau, ya tidak dipaksa,” kata Agung.
Total jumlah hewan ternak di empat kabupaten yang masih hidup sebanyak 61.888 ekor. Meliputi Sleman 3.125 ekor, Magelang 20.516 ekor, Klaten 9.838 ekor, dan Boyolali 28.405 ekor. Tahap awal yang akan dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi yang membutuhkan waktu satu minggu. Tahap kedua adalah evakuasi yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Tahap ketiga adalah eksekusi, yakni dengan membuat dokumen administrasi yang pelaksanaannya dipantau oleh BPKP dan Inspektorat.
“Proses identifikasi akan dimulai besok (Selasa, 9/11). Harapannya semua selesai dalam waktu satu bulan,” kata Agung.
No comments:
Post a Comment